Alkisah, disebuah perkampungan “Binatang”, hiduplah berbagai macam hewan seperti: serigala, anjing, babi, ular, keledai, gajah dan hewan lainnya.
Pada suatu hari yang cerah, tampak seekor keledai sedang asik duduk di bawah pohon yang rindang. Sembari diterpa angin yang sepoi-sepoi ia mengibaskan ekornya.
Selang berapa lama, lewatlah seekor harimau. “Harimau, apa yang sedang kamu lakukan di padang rumput yang biru ini?”, kata Keledai.
Harimau menjawab, “begini keledai, saya diperintahkan Yang Mulia untuk mengawasi daerah ini, agar rumput yang hijau ini bisa dinikmati oleh rakyat kita”.
“mmm,” keledai mengangguk, “tapi, bukankan rumput disini berwarna biru?, kenapa kamu bilang hijau”. Gugam keladai.
“Bukan. Rumput disini warnanya hijau”. Harimau menjawab.
“Rumput disini warnanya biru”. Keledai berkata lagi kepada harimau.
Perdebatan semakin sengit. Keduanya akhirnya sepakat mencari pihak ketiga untuk meminta petuah, akhirnya mereka sepakat untuk menghadap Yang Mulia Raja.
Keesokan harinya, mereka menghadap Raja. Dari Singgasananya, Raja memberikan kesempatan kepada Keledai untuk berbicara terlebih dahulu.
“Yang Mulia, betul dong rumput itu warnanya biru?”, kata Keledai.
Raja menjawab, “mmm, kalau kamu yakin seperti itu, tentu rumput itu berwarna biru”.
Mendengar jawaban Raja. Keledai langsung berdiri, dengan suara melengking ia berkata: “Harimau tidak setuju dengan saya, Yang Mulia. Harimau menentang saya. Menjengkelkan saya. Yang Mulia, Hukumlah dia!”.
Tanpa menunggu waktu yang lama, Raja langsung memberikan perintah.
“Harimau, kamu patut dihukum. Kamu harus puasa bicara selama tiga hari”. Demikian putusan Raja.
Mendengar keputusan Raja, Keledai merasa sangat puas, ia langsung pergi berlalu meninggalkan Raja dan Harimau dari ruang pertemuan. Dengan wajah gembira, Keledai berseru berulang-ulang. “Yes. Rumput itu warnannya biru!, Raja mendukung ku. Yes, Rumput itu warnannya biru!”.
Mendengar keputusan Raja, Harimau meminta ijin untuk bertanya.
“Yang Mulia Raja, mengapa saya dihukum?, bukankah sebenarnya rumput itu memang benar berwarna hijau?”. Dengan ekspresi penuh harapan.
Raja menjawab: “Kamu kan sudah tahu, dan bisa berpikir sendiri, bahwa rumput-rumput itu warnanya memang hijau”.
Harimau semakin bingung. “Jadi, kenapa Yang Mulia memberi hukuman kepada saya?”.
Sebelum menjawab, Raja menghela nafas panjang. “Hal ini tidak ada hubungannya dengan warna rumput, hijau atau biru. Hukuman ini karena sangat konyol untuk mahluk seperkasa dan cerdas kamu, membuang waktu untuk berdebat tentang perihal yang bodoh”.
“Tambah parahnya lagi, engkau nekat menganggu waktu ku, hanya untuk meminta pembenaran dari sesuatu yang sudah kamu ketahui kebenarannya”. Tambah sang Raja, sembari berlalu meninggalkan Harimau sendiri. Dari raut wajahnya terlihat bahwa ia telah mengerti maksud sang Raja.
Berdebat dengan yang bodoh dan fanatik, sama saja dengan membuang waktu sia-sia, yang tidak peduli akan kebenaran maupun kenyataan. Yang selalu menganggab hanya pendapatnya, keyakinannya, atau hayalannya yang benar. Jadi, Tidak perlu membuang-buang waktu dengan perdebatan yang tidak ada manfaatnya.
Ada orang yang walaupun buktinya sudah jelas, tidak bisa menerima. Mereka bahkan tidak mau mengerti, dan bahkan hanya maunya berdebat.
Orang-orang sering dibutakan oleh ego, kebencian, keirian, dan prasangka. Yang mereka inginkan hanyalah pengakuan bahwa mereka benar, walaupun sebenarnya tidak benar.
Biarkan saja, mereka larut bermanja dengan ego. Tapi, yang bernalar teruslah berkarya.
Catatan, Satu Januari 2022.